Senin, 17 Desember 2012

zaman batu muda



http://img.carapedia.com/images/article/kehidupan%20manusia%20prasejarah.jpg








Masa awal kehidupan  manusia prasejarah terbagi kedalam dua masa, yaitu:

 Masa Pleistosen
Manusia prasejarah diperkirakan pertama kali muncul pada masa Pleistosen ini. Pada masa ini terjadi pencairan es (glasiasi) berkali kali. Masa Pleistosen berlangsung hingga 10.000 tahun yang lalu. Bentuk tubuh manusia saat itu juga selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan alam yang terjadi. Meskipun kemampuan akal dan fisik masih terbatas, manusia prasejarah pada jaman ini harus mencari makan dengan mengandalkan kemampuan fisik dan peralatan yang masih sangat sederhana. Pada saat masa Pleistosen akhir atau disebut juga sebagai mas Holosen, banyak gletser mencair hingga permukaan laut naik. Masa Holosen dimulai sejak 10.000 tahun yang lalu hingg kini. Pada masa Holosen ini tingkat kemahiran manusia semakin berkembang. Manusia dapat dibedakan dari hewan karena memiliki akaldan berkembang secara bertahap sesuai dengan perkembangan pola pikirnya. Pada kehidupan manusia prasejarah pada masa ini mereka mulai tinggal di gua-gua, lalu mencari makan dengan cara berburu dan bercocok tanam

 Masa Holosen
Manusia prasejarah yang hidup di masa Holosen diperkirakan telah menggunakan alat abntu untuk mencari makan dan mempertahankan hidupnya dari serangan binatang buas. Alat-alat bantu ini masih sangat sederhana dan mungkin masih mendekati bentuk aslinya. 
Jenis alat-alat yang digunakan manusia prasejarah pada masa ini adalah:
 Batu gumpal-gumpal (kerakal atau serpihan bantu besar)
Ini digunakan untuk menumbuk makanan atau benda. Batuan tersebut dikenal dengan istilah core - tools

 Alat-alat bantu yang terdiri dari batu, kayu, tulang, atau tanduk
Alat-alat ini dibuat dengan cara dipukul-pulul untuk mendapatkan bentuk yang lebih baik. Ada sisi yang dibuat lebih tajam untuk mengiris binatang buruan. Alat ini digolongkan sebagai kapak walaupun bentuknya masih sangat sederhana.

 Alat-alat bantu yang terbuat dari gumpalan batu
Berbeda dengan core - tools, alat ini telah mempunyai bentuk yang lebih sempurna, lebih kecil, dan dipakai untuk pekerjaan yang lebih ringan, seperti: memotong daging dan membelah tulang.

Pasca masa PLeistosen dan masa Holosen, kehidupan manusia prasejarah masih memenuhi kebutuhan pangannya dengan cara berburu binatang dan mengumpulkan makanan, seperti umbi-umbian, kerang, dll.  Kehidupan manusia prasejarah ini diperkirakan muncul sekitar 6.000 tahun sebelum masehi. Susunan tugas pada masa kehidupan manusia prasejarah juga telah tertata sesuai dengan jenis kelamin. Kaum pria berburu, sedangkan kaum wanita mengumpulkan makanan. Begitu pula dalam kehidupan spiritual terutama dalam upacara pemujaan arwah nenek moyang. 
         



 Masa becocok tanam pada masa prasejarah
a.Pada masa Zaman Neolitikum 1500SM

1.kondisi alam pada zaman  Neolitikum

Pada zaman neolitikum, keadaan lingkungan alam cukup banyak berubah. Naiknya permukaan air laut menyebabkan daratan bertambah sempit. Udara menjadi lebih panas. Sehingga membuat daerah menjadi sangat kekeringan. Wilayah tempat manusia berburu makin sempit, sementara penduduk bumi semakin bertambah. Semua itu menyebabkan manusia tidak lagi dapat sepenuhnya menggantungkan diri dari perburuan. Mereka harus mampu menghasilkan makanan sendiri. Karena itu, manusia mulai membudidayakan tanaman dan beternak hewan tertentu.

2.system ekonomi
Jadi manusia yang dulunya hanya menjadi pengumpul makanan kini menjadi penghasil makanan. Perubahan yang sangat mendasar itu sering disebut revolusi neolitikum, walaupun sebenarnya perubahan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama. Pada masa bercocok tanam, pertukaran barang atau barter sudah dilakukan. Rupanya, di daerah yang kaya batuan, orang lebih banyak menambang batu untuk dibuat beliung, selain dipakai sendiri. Sebagian hasilnya ditukarkan dengan benda lain yang tidak dapat mereka hasilkan sendiri. Demikian juga, penduduk yang dapat membuat gerabah akan menukarkan sebagian hasil kerajinan mereka dengan barang lain, misalnya dengan garam atau ikan dari sebagian penduduk pesisir yang ada.
3. Contoh hasil kebudayaan
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Contoh alat tersebut :
  1. Kapak Persegi, misalnya Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
  2. Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
  3. Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak
  4. Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di jawa
  5. Pakaian (dari kulit kayu)
  6. Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba)












4.kehidupan budaya

Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama.

5.Kehidupan social
Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu.
Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia, sebagaimana kita dapatkan sekarang.
6.Hasil kesenian
Karya peninggalannya :
-    Kapak persegi
-    Kapak lonjong
-    Gelang
-    Kalung
-    Cincin dari batu berwarna
-    Tembikar ( pengaruh masuknya bangsa cina ke Indonesia)
 
7. kepercayaan
 a.animisme:
 atau kepercayaan kepada makhluk halus dan roh dipercayai merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul dalam kalangan manusia primitif purba kala.
b.dinamisme :
 kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda. Manusia pada zaman ini percaya terhadap dinamisme dan animism


















Masa bercocok tanam dan berternak

 FOOD PRODUCTING
a. Lingkungan Alam
Perkembangan volume otak manusia purba mendorong mereka untuk berpikir lebih maju daripada sebelumnya. Dengan kemajuan berpikir, perilaku mereka pun makin teratur. Pada masa ini masyarakatnya telah bertempat tinggal menetap, meski suatu saat bisa berpindah. Ketika bertempat tinggal untuk waktu yang relatif lama, mereka menyiapkan persediaan makanan untuk satu waktu tertentu. Dengan demikian, mereka tak perlu lagi mengembara mencari makanan ke daerah lain.
Kehidupan bercocok tanam pertama kali yang dikenal manusia purba adalah berhuma. Berhuma adalah bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan kemudian menanaminya. Setelah tanahnya tak subur, mereka mencari hutan lain untuk dihumakan. Setelah bosan berhuma, manusia purba segera mencari akal guna mempermudah hidup mereka. Mulailah mereka bercocok tanam dan beternak. Jenis-jenis tanaman pada tahap awal kegiatan bercocok tanam adalah ubi, sukun, keladi, dan pisang. Memelihara hewan ternak bertujuan agar mereka tak perlu lagi berburu binatang liar. Mereka tinggal menyembelih hewan ternak mereka. Kehidupan bercocok tanam dan beternak ini disebut juga sebagai food producting atau menghasilkan makanan sebagai perkembangan dari food gathering atau mengumpulkan makanan.
b. Kehidupan Sosial
Melalui bercocok tanam, manusia purba menjadi saling mengenal dengan sesamanya. Hubungan kelompok A dengan kelompok B menjadi lebih erat. Ini terjadi karena dalam memenuhi kehidupannya, mereka dituntut untuk selalu bekerja sama, bergotong-royong.
c. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan agraris yang ditimbulkan dari menetapnya tempat tinggal manusia purba, menyebabkan adanya saling ketergantungan antarmereka. Ketergantungan ini di antaranya adalah ketergantungan akan hasil bumi yang tak dimiliki seseorang atau suatu keluarga. Maka dari itu, mereka membutuhkan orang atau pihak lain yang memunyai hasil bumi yang diperlukannya iitu. Dengan demikian, terjadilah kegiatan barter. Aksi barter ini dilakukan dengan cara tukar-menukar hasil bumi.
Sistem ini merupakan pola perdagangan yang primitif sekali. Aktifitas barter ini memungkinkan terbentuknya kelompok baru, yakni kelompok yang khusus menjalankan aksi barter dan berdiam di sebuah tempat yang telah disepakati bersama, yakni pasar tradisional. Di pasar ini mereka menjajakan barang-barang kebutuhan guna ditular oleh barang kebutuhan lain.
d. Budaya dan Hasil Alat yang dihasilkan
Semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien.
Hasil-hasil temuan yang menunjukkan budaya pada saat itu adalah beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, dan perhiasan.
      1.Beliung persegi: diduga dipergunakan dalam upacara; banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu, dan beberapa daerah di Asia Tenggara.
      2.Kapak lonjong: umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman; dibuat dengan cara diupam hingga halus; ditemukan di daerah Maluku, Papua, Sulawesi Utara, Filipina, Taiwan, Cina.
      3.Mata panah: digunakan sebagai alat berburu dan menangkap ikan; untuk menangkap ikan mata panahnya dibuat bergerigi dan terbuat dari tulang, mata panah untuk menangkap ikan ini banyak ditemukan di dalam goa-goa di pinggir sungai; orang Papua kini masih menggunakan mata panah untuk menangkap ikan dan berburu, namun terbuat dari kayu.
      4.Gerabah: terbuat dari tanah liat yang dibakar; digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda perhiasan; biasanya dihiasi motif-motif hias yang indah.
      5.Perhiasan: terbuat dari tanah liat, batu kalsedon, yaspur, dan agat; dapat berwujud kalung, gelang, anting-anting; bila seseorang meninggal maka ia akan dibekali perhiasan di dalam kuburannya.
e. Sistem Kepercayaan
Pemujaan terhadap roh atau arwah leluhur tidak hanya terdapat di Indonesia, namun juga hampir di seluruh dunia. Pemujaan ini berawal dari anggapan manusia terhadap kekuatan alam. Tanah, air, udara, dan api dianggap sebagai unsur pokok dalam kehidupan semesta. Semua itu diatur dan dijaga oleh suatu kekuatan, kepercayaan inilah yang menyebabkan munculnya sosok roh setelah mati.
Sistem kepercayaan masa bercocok tanam ini merupakan kelanjutan dari kepercayan masa sebelumnya. Pada masa bercocok tanam ini manusia purbanya telah mengenal anggapan bahwa roh manusia setelah mati dianggap tidak hilang, melainkan berada di alam lain yang tidak berada jauh dari tempat tinggalnya dahulu. Dengan demikian, karena sewaktu-waktu roh yang bersangkutan dapat dipanggil kembali bila dimintakan bantuannya. Untuk itu, pada saat seorang mati dikuburkan maka ia dibekali dengan bermacam-macam keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan periuk.
Untuk orang-orang terkemuka (kepala suku atau kepala adat), kuburannya dibuat agak istimewa, terlihat dari bentuknya yang terdiri atas batu-batu besar, seperti sarkofagus, peti batu, menhir, dolmen, punden berundak-undak. Masa di mana mulai dibangunnya bangunan-bangunan dari batu ini disebut juga era Megalitikum.
(1) Menhir
Menhir merupakan tugu batu yang tegak, tempat pemujaan terhadap arwah leluhur. Menhir ini banyak ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah, serta Kalimantan. Di daerah Belubus, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat, terdapat menhir yang tingginya 125 cm, berbentuk seperi gagak pedang, baguan lengungannya menghadap Gunung Sago.

 (2) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal). Sarkofagus ini banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus di Bali masih diangap keramat dan magis oleh masyarakat sekitar.
(3) Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada arwah nenek moyang. Di bawah dolmen ini biasanya ditemukan kuburan batu.
(4) Kuburan atau Peti Batu
Kuburan batu adalah peti jenazah yang terbuat dari batu pipih. Kuburan batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat, dan Nusa Tengggara.
(5) Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat-tingkat atau berundak-udak. Bangunan ini banyak ditemukan di daerah Lebak Si Bedug, Banten Selatan.
                                                                   






Masa Perundagian
a. Kehidupan Sosial
Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pribadinya mendorong ditemukannya peleburan bijih-bijih logam dan pembuatan benda-benda dari logam. Selain itu, adanya persaingan antarpribadi di dalam masyarakat menimbulkan keinginan untuk menguasai satu bidang. Gejala seperti ini menyebabkan timbulnya golongan undagi. Golongan ini merupakan golongan masyarakat terampil dan mampu menguasai teknologi pada bidang-bidang tertentu, misalnya membuat rumah, peleburan logam, membuat perhiasan.
Masa perundagian merupakan tonggak timbulnya kerajaan-kerajaan di Indonesia, karena pada masa ini kelompok-kelompok masyarakat yang terbentuk di desa-desa kecil membentuk kelompok yang lebih besar lagi, terutama dengan adanya penguasaan wilayah oleh orang yang dianggap terkemuka.
Pada masa perundagian ini, masyarakat purba di Indonesia mulai berkenalan dengan komunitas yang lebih luas, seperti dengan manusia dari India dan Cina
b. Budaya dan Alat yang dihasilkan
Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong manusia untuk melakukan hal yang terbaik pada dirinya, di antaranya pengaturan tata air (irigasi). Perdagangan pun diperluas hingga antarpulau yang sebelumnya hanya antardaerah domestik. Dengan demikian, terjadilah sosialisasi antara manusia Indonesia dengan suku dan bangsa-bangsa lain yang perkembangan budayanya telah lebih maju, seperti kebudayaan India dan Cina. Melalui interaksi dengan orang India, masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem kerajaan, yang kemudian melahirkan kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Tarumanagara, Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain.
Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan alat-alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasilhasil peninggalan kebudayaannya antara lain nekara perunggu, moko, kapak perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan perhiasan.
1.Nekara perunggu:    berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai genderang perang; memiliki pola hias yang beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan, ada pula yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Selayar, Papua.
2.Kapak perunggu:    bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, atau tembilang; motifnya berpola topang mata atau geometris.
3. Bejana perunggu:   bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai; di temukan di Madura dan Sulawesi.
4.Arca perunggu:    berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memakalah zaman batu muda